Oleh : Sabriyadi
Seyogyanya manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan keadaan yang
sebaik-baiknya. Dikaruniakan kepada setiap diri ini kelebihan dan kekurangan
dengan maksud agar diantara sesame manusia hendaknya mensyukuri apa yang telah
di anugerahkan kepadanya. Adanya kekurangan bukan berarti Allah merendahkan
manusia dari manusia yang lain, akan tetapi Allah mempunyai maksud dan tujuan
tertentu. Sebaliknya orang yang diberi kelebihan jangan lah angkuh lalu
menyombongkan diri seolah-olah dia lah yang paling sempurna. Itulah sifat
kehidupan ini yang senantiasa memiliki kekurangan dan kelebihan dan juga selalu
berpasang-pasangan. Di dalam diri manusia terdapat yang nama jiwa atau perasaan
dari sebuah sumber yang dinamakan hati. Dengan hati ini manusia mengendalikan
dirinya. Ibarat kata dia adalah mesin tubuh yang diciptakan untuk menetukan
pilihan sesaui dengan yang diinginkan oleh si empunya hati tersebut. Jika dia
ingin yang baik maka hati lah yang akan mengoreksi niatnya itu, begitu juga
sebaliknya. Karena pada hakikatnya hati ini akan senantiasa selalu berkata
benar dan menunjukkan kebenaran meski terkadang lisan seseorang berkata lain.
Inilah yang dinamakan Emosi jiwa. Rasulullah pernah besabda yang artinya : “Ketahuilah
bahwa sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia sehat maka
sehat pulalah seluruh jasad, dan jika ia sakit maka sakit pulalah seluruh
jasad. Itulah yang dinamakan hati.”
Di dalam Al-Qur’an
telah banyak Allah sebutkan tentang jiwa dari pada manusia itu sendiri. Karena
dari setiap manusia mempunyai perbedaan yang satu sama lain tidak mungkin sama
meskipun saudara kembar. Akan tetapi pada setiap manusia mempunyai tingkatan
atau golongan dalam berbuat untuk diri mereka sendiri dan juga buat orang lain.
Ada tiga tingkatan manusia dalam beramal, yaitu :
1)
سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ =
Berlomba-lomba dalam kebaikan
2)
مُّقْتَصِدٌ = Pertengahan
3)
ظَالِمٌ
لِّنَفْسِهِ = Dzalim terhadap dirinya
sendiri
Beruntunglah bagi mereka yang selalu berusaha berlomba-lomba dalam
melakukan amal kebaikan, baik antara sesama maupun antara mereka dengan sang
Pencipta yaitu Allah SWT.
Ada berbagai macam ayat-ayat dalam Al Qur’an yang berbicara tentang
Manusia baik sifat yang dzahir maupun batin nya. Berikut ayat-ayat tersebut :
1.
Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 164
لَقَدْ مَنَّ
اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ
يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Sesungguhnya Allah telah memberi karunia
kepada orang-orang beriman ketika Dia mengirim kepada mereka seorang rasul dari
kalangan mereka sendiri) maksudnya seorang Arab seperti mereka untuk
mengawasi dan memberi pengertian, jadi bukan dari kalangan malaikat dan tidak
pula dari bangsa asing (yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya) yakni
Alquran (dan menyucikan mereka) membersihkan mereka dari dosa (serta
mengajarkan kepada mereka Alkitab) yakni Alquran (dan hikmah) yakni
sunah (dan sesungguhnya mereka)ditakhfifkan dari wainnahum (adalah
sebelumnya) yakni sebelum kebangkitannya (benar-benar dalam kesesatan
yang nyata) atau jelas.
2.
Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 63
أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ
وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Mereka itu adalah orang-orang yang diketahui
Allah isi hati mereka) berupa kemunafikan dan kedustaan mereka dalam
mengajukan alasan (maka berpalinglah kamu dari mereka) dengan memberi
mereka maaf (dan berilah mereka nasihat) agar takut kepada Allah (serta
katakanlah kepada mereka tentang) keadaan (diri mereka perkataan yang
dalam) artinya yang berbekas dan mempengaruhi jiwa, termasuk bantahan dan
hardikan agar mereka kembali dari kekafiran.
3.
Firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 103
خُذْ مِنْ
أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ
إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka,
dengan sedekah itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka)dari dosa-dosa
mereka, maka Nabi saw. mengambil sepertiga harta mereka kemudian
menyedekahkannya (dan berdoalah untuk mereka). (Sesungguhnya doa kamu
itu menjadi ketenangan jiwa) rahmat (bagi mereka) menurut suatu
pendapat yang dimaksud dengan sakanun ialah ketenangan batin lantaran tobat
mereka diterima. (Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
4.
Firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 118
وَعَلَى
الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّىٰ إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ
بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَن لَّا مَلْجَأَ
مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ
هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Dan) Allah menerima tobat pula (terhadap
tiga orang yang ditangguhkan) penerimaan tobat mereka melalui bukti yang
menunjukkan hal itu (sehingga apabila bumi terasa sempit oleh mereka
padahal bumi itu luas) sekalipun kenyataannya bumi itu luas lantaran
mereka tidak dapat menemukan tempat yang dapat mengganti hati mereka (dan
jika hati mereka pun terasa sempit pula) yakni hati mereka menjadi sempit
lantaran susah dan asing disebabkan tobat mereka ditangguhkan penerimaannya
sehingga hati mereka tidak gembira dan selalu tidak tenteram (serta mereka
menduga) dan merasa yakin (bahwasanya) dibaca dengan takhfif,
yaitu an (tidak ada tempat lari dari siksa Allah melainkan kepada-Nya
saja. Kemudian Allah menerima tobat mereka) Allah memberikan taufik dan
kekuatan kepada mereka untuk bertobat (agar mereka tetap dalam tobatnya.
Sesungguhnya Allahlah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang)
5.
Firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 74
فَانطَلَقَا
حَتَّىٰ إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً
بِغَيْرِ نَفْسٍ لَّقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُّكْرًا
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Maka berjalanlah keduanya) sesudah
keduanya keluar dari perahu (hingga tatkala keduanya berjumpa dengan
seorang pemuda) yang masih belum mencapai usia balig, sedang bermain-main
bersama dengan teman-temannya, dia adalah anak yang paling cakap parasnya di
antara mereka (maka Khidhir membunuhnya) dengan cara menyembelihnya
dengan memakai pisau besar, atau mencabut kepalanya dengan tangannya, atau
memukulkan kepala anak muda itu ke tembok. Mengenai caranya banyak pendapat
yang berbeda. Dalam ayat ini didatangkan huruf Fa 'Athifah, karena pembunuhan
itu terjadi langsung sesudah bertemu. Jawabnya Idzaa adalah pada ayat
berikutnya yaitu; (Berkatalah ia) yakni Nabi Musa, ("Mengapa
kamu bunuh jiwa yang bersih) jiwa yang masih belum berdosa karena belum
mencapai usia taklif. Dan menurut suatu qiraat lafal Zakiyyatan dibaca
Zakiyatan(bukan karena dia membunuh orang lain?) dia tidak membunuh orang
lain. (Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar)." Lafal
Nukran dapat pula dibaca Nukuran, artinya sesuatu hal yang mungkar.
6.
Firman Allah dalam surat As-Sajadah ayat 13
وَلَوْ شِئْنَا
لَآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا وَلَٰكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لَأَمْلَأَنَّ
جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan
berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk baginya) sehingga ia memperoleh
petunjuk untuk beriman dan mengerjakan ketaatan atas kemauan sendiri (akan
tetapi telah tetaplah perkataan daripada-Ku) yaitu, ("Sesungguhnya
akan Aku penuhi neraka Jahanam itu dengan jin) maksudnya bangsa jin (dan
manusia semuanya) malaikat penjaga neraka mengatakan kepada mereka jika
mereka dimasukkan ke dalamnya.
7.
Firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 42
اللَّهُ
يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ
فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ
أَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Allah mematikan jiwa orang ketika matinya
dan) memegang (jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya)artinya
Allah memegangnya di waktu ia tidur (maka Dia tahan jiwa orang yang telah
Dia tetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditentukan) bagi kematiannya. Jiwa yang dilepaskan itu hanyalah dimatikan
perasaannya saja, tetapi ia masih hidup, berbeda dengan jiwa yang benar-benar
dimatikan.(Sesungguhnya pada yang demikian itu) pada hal-hal yang telah
disebutkan itu (terdapat tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan
Allah (bagi kaum yang berpikir) maka karenanya mereka mengetahui,
bahwa yang berkuasa melakukan hal tersebut berkuasa pula untuk
membangkitkannya; dan orang-orang kafir Quraisy tidak memikirkan hal ini.
8.
Firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 2
وَلَا أُقْسِمُ
بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali) dirinya sendiri sekalipun ia berupaya sekuat tenaga di dalam
kebaikan. Jawab Qasam tidak disebutkan; lengkapnya, Aku bersumpah dengan nama
hari kiamat dan dengan nama jiwa yang banyak mencela, bahwa niscaya jiwa itu
pasti akan dibangkitkan.
9.
Firman Allah dalam surat Al-Fajr ayat 27
يَا أَيَّتُهَا
النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Hai jiwa yang tenang) atau yang aman,
dimaksud adalah jiwa yang beriman.
10. Firman Allah dalam surat As-Shams
ayat 7, 8, 9, dan 10
وَنَفْسٍ وَمَا
سَوَّاهَا
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Dan jiwa) sekalipun bentuk lafalnya
Mufrad tetapi makna yang dimaksud adalah Jamak (serta
penyempurnaannya) maksudnya kesempurnaan ciptaannya; lafal Maa pada tiga
tempat di atas adalah Maa Mashdariyah, atau bermakna Man.
فَأَلْهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
(Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
kefasikan dan ketakwaannya) maksudnya Allah menjelaskan kepadanya jalan
kebaikan dan jalan keburukan. Lafal At-Taqwaa letaknya diakhirkan karena demi
memelihara keserasian bunyi akhir ayat, sedangkan sebagai Jawab dari Qasam di
atas ialah:
قَدْ أَفْلَحَ
مَن زَكَّاهَا
(Sesungguhnya beruntunglah) pada lafal Qad
Aflaha ini sengaja tidak disebutkan huruf Lam Taukidnya karena mengingat
panjangnya pembicaraan (orang yang menyucikannya) yakni menyucikan
jiwanya dari dosa-dosa.
وَقَدْ خَابَ
مَن دَسَّاهَا
(Dan sesungguhnya merugilah) atau rugilah (orang
yang mengotorinya) yang menodainya dengan perbuatan maksiat. Asalnya lafal
Dassaahaa ialah Dassasahaa, kemudian huruf Sin yang kedua diganti menjadi Alif
demi untuk meringankan pengucapannya, akhirnya jadilah Dassaahaa.
11.
Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 7
خَتَمَ اللَّهُ
عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ
وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Allah mengunci mati hati mereka) maksudnya
menutup rapat hati mereka sehingga tidak dapat dimasuki oleh kebaikan (begitu
pun pendengaran mereka) maksudnya alat-alat atau sumber-sumber pendengaran
mereka dikunci sehingga mereka tidak memperoleh manfaat dari kebenaran yang
mereka terima (sedangkan penglihatan mereka ditutup) dengan penutup
yang menutupinya sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran (dan bagi
mereka siksa yang besar) yang berat lagi tetap.
12. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah
10
فِي قُلُوبِهِم
مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا
يَكْذِبُونَ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Dalam hati mereka ada penyakit) berupa
keragu-raguan dan kemunafikan yang menyebabkan sakit atau lemahnya hati mereka. (Lalu
ditambah Allah penyakit mereka) dengan menurunkan Alquran yang mereka
ingkari itu. (Dan bagi mereka siksa yang pedih) yang menyakitkan (disebabkan
kedustaan mereka.) Yukadzdzibuuna dibaca pakai tasydid, artinya amat
mendustakan, yakni terhadap Nabi Allah dan tanpa tasydid 'yakdzibuuna' yang
berarti berdusta, yakni dengan mengakui beriman padahal tidak.
13. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 74
ثُمَّ قَسَتْ
قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ
وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ
مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا
يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Kemudian hatimu menjadi keras) ditujukan
kepada orang-orang Yahudi hingga tak dapat dimasuki kebenaran(setelah
itu) yakni setelah peristiwa dihidupkannya orang yang telah mati dan
kejadian-kejadian sebelumnya,(maka ia adalah seperti batu) dalam kerasnya (atau
lebih keras lagi) daripada batu. (Padahal di antara batu-batu itu
sesungguhnya ada yang mengalir anak-anak sungai daripadanya dan di antaranya
ada pula yang terbelah)asalnya 'yatasyaqqaqu' lalu ta diidgamkan pada syin
hingga menjadi 'yasysyaqqaqu' (lalu keluarlah air daripadanya dan
sesungguhnya di antaranya ada pula yang jatuh meluncur) dari atas ke bawah (karena
takut kepada Allah) sebaliknya hatimu tidak terpengaruh karenanya serta
tidak pula menjadi lunak atau tunduk. (Dan Allah sekali-kali tidak lengah
terhadap apa yang kamu kerjakan) hanya ditangguhkan-Nya menjatuhkan
hukuman hingga saatnya nanti. Menurut satu qiraat bukan 'ta`maluun' tetapi
'ya`maluun', artinya 'yang mereka kerjakan,' sehingga berarti mengalihkan arah
pembicaraan.
14. Firman Allah dalam surat Ali Imran
ayat 7 dan 8
هُوَ الَّذِي
أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ
مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا
تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا
يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ
آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو
الْأَلْبَابِ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Dialah yang menurunkan kepadamu Alquran, di
antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamat) jelas maksud dan tujuannya (itulah
dia pokok-pokok Alquran) yakni yang menjadi pegangan dalam menetapkan (sedangkan
yang lainnya mutasyabihat) tidak dimengerti secara jelas maksudnya,
misalnya permulaan-permulaan surah. Semuanya disebut sebagai 'muhkam' seperti
dalam firman-Nya 'uhkimat aayaatuh' dengan arti tak ada cacat atau celanya, dan
'mutasyaabiha' pada firman-Nya, 'Kitaaban mutasyaabiha,' dengan makna bahwa
sebagian menyamai lainnya dalam keindahan dan kebenaran. (Adapun
orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan)menyeleweng
dari kebenaran, (maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk
membangkitkan fitnah) di kalangan orang-orang bodoh dengan menjerumuskan
mereka ke dalam hal-hal yang syubhat dan kabur pengertiannya (dan demi
untuk mencari-cari takwilnya) tafsirnya (padahal tidak ada yang tahu
takwil) tafsirnya(kecuali Allah) sendiri-Nya (dan orang-orang
yang mendalam) luas lagi kokoh (ilmunya) menjadi mubtada,
sedangkan khabarnya: (Berkata, "Kami beriman kepada ayat-ayat
mutasyaabihat) bahwa ia dari Allah, sedangkan kami tidak tahu akan
maksudnya, (semuanya itu) baik yang muhkam maupun yang mutasyabih
(dari sisi Tuhan kami," dan tidak ada yang mengambil pelajaran) 'Ta'
yang pada asalnya terdapat pada 'dzal' diidgamkan pada dzal itu hingga berbunyi
'yadzdzakkaru' (kecuali orang-orang yang berakal) yang mau berpikir.
Mereka juga mengucapkan hal berikut bila melihat orang-orang yang mengikuti
mereka.
رَبَّنَا لَا
تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ
إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
("Tuhan kami! Janganlah engkau gelincirkan
hati kami) janganlah diselewengkan dari kebenaran dengan mencari-cari
tafsirnya yang tidak layak bagi kami sebagaimana dialami oleh mereka (setelah
Engkau memberi petunjuk kepada kami) bimbingan ke arah perkara yang benar (dan
berilah kami dari sisi-Mu rahmat) keteguhan hati(karena Engkaulah Yang
Maha Memberi) karunia.
15. Firman Allah dalam surat Ar-Room
ayat 53
وَمَا أَنتَ
بِهَادِ الْعُمْيِ عَن ضَلَالَتِهِمْ ۖ إِن تُسْمِعُ إِلَّا مَن يُؤْمِنُ
بِآيَاتِنَا فَهُم مُّسْلِمُونَ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang-orang yang buta mata hatinya dari kesesatan, tidak
lain) (kamu hanya dapat memperdengarkan) dengan pendengaran yang
dibarengi dengan pemahaman dan mau menerima apa yang didengarnya (kepada
orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami)yakni Alquran (mereka
itulah orang-orang yang berserah diri) yaitu orang-orang yang ikhlas di
dalam mentauhidkan Allah swt.
16. Firman Allah dalam surat Al-Qasas
ayat 9
وَقَالَتِ
امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّي وَلَكَ ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰ أَن
يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Dan istri Firaun berkata) di kala Firaun
beserta para pembantunya sudah bersiap-siap akan membunuh bayi itu,"Ia
adalah (biji mata bagiku dan bagimu, janganlah kalian membunuhnya,
mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak")
akhirnya mereka menuruti kemauan istri Firaun itu (sedangkan mereka tiada
menyadari) akibat dari perkara mereka dengan bayi itu.
17. Firman
Allah dalam surat Ash-Shua’ara ayat 89
إِلَّا مَنْ
أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Di dalam tafsir Jalalain dijelaskan :
(Kecuali) lain halnya
dengan (orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih") dari syirik dan munafik, yang dimaksud adalah hati orang
Mukmin, maka sesungguhnya imannya itu dapat memberi manfaat kepada dirinya.
Dan
masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menerangkan tentang hakikat jiwa, hati,
dan diri manusia. Yang tidak dapat disebutkan secara menyeluruh, hanya sebagian
saja.
KESIMPULAN
Betapa
banyak karunia yang telah Allah karuniakan kepada kita, dari hal yang yang
kecil hingga yang tak dapat untuk kita nilai. Andai saja salah satu dari nikmat
tersebut Allah ambil, maka kita akan merasa kekurangan dan menganggap
seolah-olah Allah tidak adil, padahal semua yang ada pada kita adalah titipan
semata jangan sampai membuat buta mata dan buta hati lalu kufur akan semua itu.
Dengan memperbaiki kualitas diri terutama hati, karena hati yang sehat akan
selalu mengajak kebaikan dan begitu juga hati atau jiwa yang kotor akan
senantiasa mengajak kepada kebatilan. Bahagialah mereka yang hatinya senantiasa
berprasangka baik, selalu berdzikir kepada Allah, jauh dari sifat keangkuhan,
dan jauh dari sifat tercela lainnya. Namun bukan hal nya kalau manusia itu tak
pernah luput dari kesalahan dan dosa, akan tetatpi sebaik-baiknya orang yang
melakukan kesalahan adalah orang yang segera memperbaiki dirinya lalu bertaubat
memohon ampun atas apa yang telah diperbuatnya. Hidup akan tenang, damai,
bahagia, dan akan selamat dunia maupun akhirat. Allah tidak melihat seorang
hamba dari pakaian, ketampanan maupun kecantikannya, akan tetapi yang Allah
lihat adalah dari hatinya.
No comments:
Post a Comment