MENJADI INDIVIDU MUSLIM YANG DICITA-CITAKAN (Tanggung Jawab Siapa?)
Oleh : Sabriyadi
Article Review
Menjadi pribadi muslim dengan balutan akidah
serta akhlak yang baik adalah impian setiap manusia yang beriman kepada Allah.
Menteladani Rasulullah dan para Sahabat serta berusaha melakukan hal-hal yang
positif baik yang menyangkut perilaku kepada sesama manusia itu sendiri atau
kepada Sang Khaliq. Telah banyak kita jumpai betapa banyak manusia yang hanya
berjalan seperti air mengalir, tidak mau berusaha menggali potensi yang ada
pada diri, seolah-olah hidup hanya mengikuti arah perubahan waktu. Padahal
sudah sepantasnya pada tiap individu menjadi muslim yang dicita-citakan, karena
sejak lahir tanggung jawab itu telah diemban oleh setiap kita. Kita terlahir
dengan keadaan yang seperti itu, ada yang dari keturunan baik, ada juga yang
dari keturunan kurang baik, serta ada juga yang dari keturunan tak memiliki
apa-apa, lantas untuk mewujudkan perubahan harus dimulai dari diri sendiri
tanpa harus bergantung kepada orang lain.
Saya teringat sebuah kata-kata oleh
BG (Bill Gates), ia mengatakan “If you born poor, it’s not your mistake, but
if you die poor, it’s your mistake”. Jika kamu dilahirkan dalam keadaan
miskin itu bukan salahmu, tapi jika kamu mati dalam keadaan miskin itu salahmu.
Di dalam al-qur’an juga telah Allah jelaskan pada surat Ar-Ra’ad ayat 11 :
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا
بِأَنفُسِهِمْ
“sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga merekalah yang mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka”
Dalam masa hidupnya setiap orang bisa berada di
mana saja, bersama siapa saja, berperan sebagai apa saja. Agama Islam memberi
tuntunan cara hidup yang benar dan baik untuk tiap individu orang per orang
tersebut. Bagaimana ciri individu muslim yang hidup secara pribadi sesuai
ajaran Islam? Berikut akan diuraikan bagaimana cirri individu muslim yang yang
islami.
- Individu itu melakukan ritual Islam
secara tertib. Shalat fardhunya dilakukan teratur,
syukur jika ditambah dengan shalat sunnat. Puasa Ramadhan dilakukan dengan
benar, syukur jika ditambah dengan puasa sunnat di bulan-bulan lain.
Zakatnya dibayar penuh, syukur jika dia banyak memberi lebih dalam bentuk
shadaqah dan infaq. Jika sudah memenuhi persaratan dia juga menunaikan
ibadah haji, syukur jika ditambah dengan melakukan ibadah umrah. Nikahnya
juga sesuai tuntunan agama Islam. Doa, dhikir, dan lain ibadah ritual
dilakukan semaksimal mungkin, namun tentu semua ritual itu tidak
boleh keluar dari ajaran Islam yang baku, bukan sesuatu yang bersifat
bid’ah (mengada-ada, diluar ajaran Rasulullah).
- Individu itu memiliki akhlak yang
mulia. Beberapa bentuk akhlak baku yang harusnya
dipenuhi seorang individu muslim antara lain: berlaku jujur,
amanah, menepati janji, tepat waktu, berkata benar, sopan-santun, dan suka
menolong orang lain. Akhlak mulia pada dasarnya bisa diukur jika
individu itu membuat orang lain senang dengan kehadirannya, tidak terganggu
oleh perilakunya, dan kehidupannya bermanfaat untuk orang lain.
- Individu itu melaksanakan
sebaik-baiknya tanggung jawab yang diembannya sesuai tuntunan Islam. Individu
harus melakukan kewajiban sosialnya secara penuh terkait dengan peran yang
dipegangnya itu, bahkan kalau mungkin bisa berprestasi melebihi tugas
kewajiban yang menjadi tanggung-jawabnya. Dalam melaksanakan kewajibannya
tersebut seorang individu tidak boleh melanggar ajaran Islam terkait
dengan peran dan tanggung jawab tersebut. Seorang individu yang misalnya
menjadi seorang ayah tentu dibebani untuk melaksanakan tugas sebagai ayah
sesuai dengan ketentuan Islam terkait peran ayah. Begitu pula peran
sebagai majikan dalam sebuah perusahaan, atau peran sebagai pejabat dalam
suatu sistem pemerintahan.
- Setiap individu muslim itu diwajibkan pula
untuk melakukan Jihad Islam. Makna jihad Islam itu luas,
tidak hanya perang fisik melawan musuh yang memerangi Islam. Makna jihad
Islam esensinya adalah setiap kegiatan yang bersifat membela,
melindungi, dan menyebarkan agama Islam. Tidak seorang muslimpun bebas
dari kewajiban jihad Islam ini, sebagaimana sabda nabi yang menegaskan
bahwa siapapun muslim itu wajib menyampaikan ke orang lain
kebenaran Islam walau dia hanya tahu sebuah ayat. Jika individu
itu memiliki kemampuan orasi yang baik maka jihad tersebut bisa berbentuk
ceramah atau dakwah bil lisan. Jika seseorang memiliki kemampuan menulis
yang baik maka jihad itu bisa dilakukan melalui tulisan-tulisannya yang
bersifat memperjuangkan agama Islam. Jika dia memiliki kewenangan membuat
kebijakan publik seperti pejabat negara misalnya maka dia wajib membuat
langkah dan kebijakan sosial yang sesuai dengan syariat Islam dan bahkan
mengarah untuk memajukan agama Islam. Begitu seterusnya, apakah
aktifitas individu muslim itu berupa ucapan, tulisan, perbuatan, membuat
kebijakan, dan lain-lain nya maka tindakan individu tersebut harus
mengandung pembelaan dan penyebaran agama Islam. Dalam hadits lain
juga disebutkan bahwa apabila seseorang melihat suatu kemungkaran maka dia
wajib mengoreksinya dengan tindakan atau kebijakan sosial,
jika tidak mampu berbuat begitu maka dia harus mengoreksinya
dengan lisan berupa teguran atau nasehat, dan jika dia masih tidak
mampu menegur atau menasehati dengan lisan maka dia diwajibkan tidak
boleh meniru dan tetap teguh dalam hati menentang kemungkarann tersebut,
walau bentuk respon yang ketiga ini berarti menunjukkan
adanya keimanan Islam pada dirinya yang amat rendah
kualitasnya.
Keempat ciri individu muslim yang diuraikan di
atas berlaku secara serentak, tidak boleh bertahap. Seorang muslim sekaligus
dia harus menjalankan ibadah ritual Islam, berakhlak baik sesuai tuntunan
Islam, menunaikan kewajiban sosialnya menurut ajaran Islam, dan melakukan jihad
Islam. Keempat sikap dan tindakan seorang muslim yang digambarkan tersebut
menunjukkan adanya keutuhan Islam (kaaffah) dalam diri individu muslim itu.
Pada saat yang bersamaan seorang individu
muslim juga harus selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas individualnya
agar keempat bentuk perilaku di atas juga semakin berbobot. Upaya perbaikan
kualitas individu muslim yang dimaksud adalah: meningkatkan
ketaqwaan qalbunya, kecerdasan-keilmuannya, dan kemampuan fisik-jasmaniahnya.
Seorang individu muslim yang kokoh di cita-citakan adalah jika dia kokoh keimananan-ketaqwaan
di dalam qalbunya, cerdas dan kuat keilmuan-teknologi-ketrampilan kerjanya,
serta sehat jasmaniahnya, bagus kemampuan finansialnya, dan besar
pengaruh/kemampuan sosial yang dipunyainya. Dengan bekal berbagai kemampuan
yang prima tadi maka seorang individu muslim diharapkan akan besar pula
prestasinya dalam membawa kemanfaatan atau kemashlahatan pada umat manusia.
Apabila ukuran individu muslim yang diuraikan
di atas lalu digunakan untuk menganalisis kenyataan/realitas individu umat
Islam Indonesia yang ada sekarang maka sungguh amatlah
menyedihkan-memprihatinkan. Seorang mualaf (baru memeluk agama Islam
dari agama lain) pernah secara terbuka menyatakan dalam sebuah wawancara
televisi bahwa seandainya dia menilai Islam itu dari kacamata perilaku orang
Islamnya maka rasanya dia tidak akan tertarik untuk menjadi muslim.Coba
kita perkirakan berapa persen kiranya individu umat Islam Indonesia (dari
sekitar 200juta orang itu) yang sudah melakukan ibadah ritual (mahdhah) secara
tertib-teratur? Berapa persen individu umat Islam Indonesia yang memiliki
akhlak mulia? Berapa persen individu umat Islam Indonesia yang melaksanakan
tanggung jawab peran sosial yang diembannya sesuai ajaran Islam? Berapa persen
individu umat Islam Indonesia yang sudah melaksanakan jihad Islam? Jika keempat
indikator tersebut dijadikan sebagai satu kesatuan untuk mengukur kualitas
individu muslim maka berapa persen kiranya individu umat Islam
Indonesia yang sudah melakukan ibadah ritual secara tertib-teratur, plus
berakhlak mulia, plus bertanggunag jawab melakukan peran sosialnya menurut
ajaran Islam, plus sudah melakukan jihad Islam? Jawaban
hipotetisnya: kecil, dan amat amat kecil untuk kategori yang terakhir.
Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa
dijawab dengan mudah (tidak perlu hipotetis lagi) jika dilakukan survey tentang
kualitas umat Islam Indonesia.Mengapa tidak dilakukan? Bukankah
kemampuan melakukan survey/jajag pendapat sudah begitu bagusnya di negeri ini,
terbukti dari survey/jajag pendapat dalam proses pemilu legislatif dan
pilpres yang berlangsung baru lalu dengan begitu tinggi akurasinya?
Ormas-Orpol-LSM Islam seharusnya perlu melakukan survey kualitas Islam di
Indonesia itu jika mereka memang berminat untuk meningkatkan kualitas umatnya.
Begitu pula kiranya Pemerintah cq Departemen Agama dengan mudah bisa melakukan
survey kualitas umat Islam Indonesia yang merupakan mayoritas bangsa ini jika
ada kemauan untuk itu. Bukankah fungsi Pemerintah tidak hanya untuk mencarikan
makan dan keamanan warga-negaranya? Bukankah peran Pemerintah harusnya
meningkatkan kualitas warga-negaranya dalam semua dimensi kemanusiaan individu
warga negara itu?Bayangkan bagaimana nasib sebuah bangsa yang apabila
mayoritas penduduknya tidak taat beribadah ritual, tidak berakhlak mulia, tidak
bertanggung jawab atas peran sosial yang diembannya, dan tidak memiliki
semangat jihad perjuangan menegakkan kebenaran sesuai dengan yang diyakininya.
Akan jadi apa bangsa-negara itu di masa mendatang? Tidaklah cukup jika
ormas-orpol-lsm Islam dan Pemerintah RI (khususnya Departemen Agama)
hanya membuat program-program keagamaan yang bermacam-macam, apakah
mendirikan sekolah Islam, pengajian, menambah masjid, pelayanan haji,
mengumpulan zakat-infaq-shadaqoh, istighosah qubro, dan semacamnya jika
tidak disertai melakukan evaluasi kualitas individu umat Islam yang menjadi
mayoritas bangsa ini, secara teratur, periodik, dan benar dari waktu ke
waktu.
Setiap Individu Muslim Indonesia
harus berusaha membangun diri sendiri sehingga menjadi individu yang Islami
sesuai dengan ukuran yang telah diuraikan di atas. Setiap Organisasi
Islam harus membawa anggotanya berkembang menjadi indvidu muslim yang
semakin berkualitas melalui program-program yang baik disertai evaluasi yang
teratur akan kualitas mereka. Pemerintah Indonesia wajib membangun
warga negaranya yang muslim untuk memiliki kualitas sebagai individu
warga-negara muslim yang Islami agar bangsa ini menjadi bangsa yang
besar. Perlu diingat bahwa kualitas sebuah bangsa ditentukan oleh
kualitas mayoritas penduduknya, bukan oleh kualitas minoritasnya.
No comments:
Post a Comment