Tuesday, May 12, 2015

I am Muslim

   MENJADI INDIVIDU MUSLIM YANG DICITA-CITAKAN (Tanggung Jawab Siapa?)
Oleh : Sabriyadi
Article Review


Menjadi pribadi muslim dengan balutan akidah serta akhlak yang baik adalah impian setiap manusia yang beriman kepada Allah. Menteladani Rasulullah dan para Sahabat serta berusaha melakukan hal-hal yang positif baik yang menyangkut perilaku kepada sesama manusia itu sendiri atau kepada Sang Khaliq. Telah banyak kita jumpai betapa banyak manusia yang hanya berjalan seperti air mengalir, tidak mau berusaha menggali potensi yang ada pada diri, seolah-olah hidup hanya mengikuti arah perubahan waktu. Padahal sudah sepantasnya pada tiap individu menjadi muslim yang dicita-citakan, karena sejak lahir tanggung jawab itu telah diemban oleh setiap kita. Kita terlahir dengan keadaan yang seperti itu, ada yang dari keturunan baik, ada juga yang dari keturunan kurang baik, serta ada juga yang dari keturunan tak memiliki apa-apa, lantas untuk mewujudkan perubahan harus dimulai dari diri sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain.
Saya teringat sebuah kata-kata oleh BG (Bill Gates), ia mengatakan “If you born poor, it’s not your mistake, but if you die poor, it’s your mistake”. Jika kamu dilahirkan dalam keadaan miskin itu bukan salahmu, tapi jika kamu mati dalam keadaan miskin itu salahmu. Di dalam al-qur’an juga telah Allah jelaskan pada surat Ar-Ra’ad ayat 11 :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ

“sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga merekalah yang mengubah keadaan yang ada pada diri mereka”

Dalam masa hidupnya setiap orang bisa berada di mana saja, bersama siapa saja, berperan sebagai apa saja. Agama Islam memberi tuntunan cara hidup yang benar dan baik untuk tiap individu orang per orang tersebut. Bagaimana ciri individu muslim yang hidup secara pribadi sesuai ajaran Islam? Berikut akan diuraikan bagaimana cirri individu muslim yang yang islami.
  1. Individu itu melakukan ritual Islam secara tertib. Shalat fardhunya dilakukan teratur, syukur jika ditambah dengan shalat sunnat. Puasa Ramadhan dilakukan dengan benar, syukur jika ditambah dengan puasa sunnat di bulan-bulan lain. Zakatnya dibayar penuh, syukur jika dia banyak memberi lebih dalam bentuk shadaqah dan infaq. Jika sudah memenuhi persaratan dia juga menunaikan ibadah haji, syukur jika ditambah dengan melakukan ibadah umrah. Nikahnya juga sesuai tuntunan agama Islam. Doa, dhikir, dan lain ibadah ritual dilakukan semaksimal mungkin, namun tentu  semua ritual itu tidak boleh keluar dari ajaran Islam yang baku, bukan sesuatu yang bersifat bid’ah (mengada-ada, diluar ajaran Rasulullah).
  2. Individu itu memiliki akhlak yang mulia. Beberapa bentuk akhlak baku yang harusnya dipenuhi  seorang individu muslim antara lain: berlaku jujur, amanah, menepati janji, tepat waktu, berkata benar, sopan-santun, dan suka menolong orang lain. Akhlak mulia pada dasarnya bisa diukur jika individu itu membuat orang lain senang dengan kehadirannya, tidak terganggu oleh perilakunya, dan kehidupannya bermanfaat untuk orang lain.
  3. Individu itu melaksanakan sebaik-baiknya tanggung jawab yang diembannya sesuai tuntunan Islam. Individu harus melakukan kewajiban sosialnya secara penuh terkait dengan peran yang dipegangnya itu, bahkan kalau mungkin bisa berprestasi melebihi tugas kewajiban yang menjadi tanggung-jawabnya. Dalam melaksanakan kewajibannya tersebut seorang individu tidak boleh melanggar ajaran Islam terkait dengan peran dan tanggung jawab tersebut. Seorang individu yang misalnya menjadi seorang ayah tentu dibebani untuk melaksanakan tugas sebagai ayah sesuai dengan ketentuan Islam terkait peran ayah. Begitu pula peran sebagai majikan dalam sebuah perusahaan, atau peran sebagai pejabat dalam suatu sistem pemerintahan.
  4. Setiap individu muslim itu diwajibkan pula untuk melakukan Jihad Islam. Makna jihad Islam itu luas, tidak hanya perang fisik melawan musuh yang memerangi Islam. Makna jihad Islam esensinya adalah setiap kegiatan yang bersifat membela, melindungi, dan menyebarkan agama Islam. Tidak seorang muslimpun bebas dari kewajiban jihad Islam ini, sebagaimana sabda nabi yang menegaskan bahwa  siapapun muslim itu wajib menyampaikan ke orang lain kebenaran Islam walau dia  hanya tahu sebuah ayat. Jika individu itu memiliki kemampuan orasi yang baik maka jihad tersebut bisa berbentuk ceramah atau dakwah bil lisan. Jika seseorang memiliki kemampuan menulis yang baik maka jihad itu bisa dilakukan melalui tulisan-tulisannya yang bersifat memperjuangkan agama Islam. Jika dia memiliki kewenangan membuat kebijakan publik seperti pejabat negara misalnya maka dia wajib membuat langkah dan kebijakan sosial yang sesuai dengan syariat Islam dan bahkan mengarah  untuk memajukan agama Islam. Begitu seterusnya, apakah aktifitas individu muslim itu berupa ucapan, tulisan, perbuatan, membuat kebijakan, dan lain-lain nya maka tindakan individu tersebut harus mengandung  pembelaan dan penyebaran agama Islam. Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa apabila seseorang melihat suatu kemungkaran maka dia wajib mengoreksinya dengan tindakan atau kebijakan sosial, jika tidak mampu berbuat begitu maka dia harus mengoreksinya dengan lisan berupa teguran atau nasehat, dan jika dia masih tidak mampu menegur atau menasehati dengan lisan maka dia diwajibkan tidak boleh meniru dan tetap teguh dalam hati menentang kemungkarann tersebut, walau bentuk respon yang ketiga ini berarti menunjukkan adanya keimanan Islam pada dirinya  yang amat rendah kualitasnya.
Keempat ciri individu muslim yang diuraikan di atas berlaku secara serentak, tidak boleh bertahap. Seorang muslim sekaligus dia harus menjalankan ibadah ritual Islam, berakhlak baik sesuai tuntunan Islam, menunaikan kewajiban sosialnya menurut ajaran Islam, dan melakukan jihad Islam. Keempat sikap dan tindakan seorang muslim yang digambarkan tersebut menunjukkan adanya keutuhan Islam (kaaffah) dalam diri individu muslim itu.
Pada saat yang bersamaan seorang individu muslim juga harus selalu berusaha untuk  meningkatkan kualitas individualnya agar keempat bentuk perilaku di atas juga semakin berbobot. Upaya perbaikan kualitas individu muslim yang dimaksud adalah: meningkatkan ketaqwaan qalbunya, kecerdasan-keilmuannya, dan kemampuan fisik-jasmaniahnya. Seorang individu muslim yang kokoh di cita-citakan adalah jika dia kokoh keimananan-ketaqwaan di dalam qalbunya, cerdas dan kuat keilmuan-teknologi-ketrampilan kerjanya, serta sehat  jasmaniahnya, bagus kemampuan finansialnya, dan besar pengaruh/kemampuan sosial yang dipunyainya. Dengan bekal berbagai kemampuan yang prima tadi maka seorang individu muslim diharapkan akan besar pula prestasinya dalam membawa kemanfaatan atau kemashlahatan pada umat manusia.
Apabila ukuran individu muslim yang diuraikan di atas lalu digunakan untuk menganalisis kenyataan/realitas individu umat Islam Indonesia yang ada sekarang maka sungguh amatlah menyedihkan-memprihatinkan. Seorang mualaf (baru memeluk agama Islam dari agama lain) pernah secara terbuka menyatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa seandainya dia menilai Islam itu dari kacamata perilaku orang Islamnya maka rasanya dia tidak akan tertarik untuk menjadi muslim.Coba kita perkirakan berapa persen kiranya individu umat Islam Indonesia (dari sekitar 200juta orang itu) yang sudah melakukan ibadah ritual (mahdhah) secara tertib-teratur? Berapa persen individu umat Islam Indonesia yang memiliki akhlak mulia? Berapa persen individu umat Islam Indonesia yang melaksanakan tanggung jawab peran sosial yang diembannya sesuai ajaran Islam? Berapa persen individu umat Islam Indonesia yang sudah melaksanakan jihad Islam? Jika keempat indikator tersebut dijadikan sebagai satu kesatuan untuk mengukur kualitas individu muslim maka berapa persen kiranya individu umat Islam Indonesia yang sudah melakukan ibadah ritual secara tertib-teratur, plus berakhlak mulia, plus bertanggunag jawab melakukan peran sosialnya menurut ajaran Islam, plus sudah melakukan jihad IslamJawaban hipotetisnya: kecil, dan amat amat kecil untuk kategori yang terakhir.
Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa dijawab dengan mudah (tidak perlu hipotetis lagi) jika dilakukan survey tentang kualitas umat Islam Indonesia.Mengapa tidak dilakukan? Bukankah kemampuan melakukan survey/jajag pendapat sudah begitu bagusnya di negeri ini, terbukti dari survey/jajag pendapat dalam  proses pemilu legislatif dan pilpres yang berlangsung baru lalu dengan begitu tinggi akurasinya? Ormas-Orpol-LSM Islam seharusnya perlu melakukan survey kualitas Islam di Indonesia itu jika mereka memang berminat untuk meningkatkan kualitas umatnya. Begitu pula kiranya Pemerintah cq Departemen Agama dengan mudah bisa melakukan survey kualitas umat Islam Indonesia yang merupakan mayoritas bangsa ini jika ada kemauan untuk itu. Bukankah fungsi Pemerintah tidak hanya untuk mencarikan makan dan keamanan warga-negaranya? Bukankah peran Pemerintah harusnya meningkatkan kualitas warga-negaranya dalam semua dimensi kemanusiaan individu warga negara itu?Bayangkan bagaimana nasib sebuah bangsa yang apabila mayoritas penduduknya tidak taat beribadah ritual, tidak berakhlak mulia, tidak bertanggung jawab atas peran sosial yang diembannya, dan tidak memiliki semangat jihad perjuangan menegakkan kebenaran sesuai dengan yang diyakininya. Akan jadi apa bangsa-negara itu di masa mendatang? Tidaklah cukup jika ormas-orpol-lsm Islam dan Pemerintah RI (khususnya Departemen Agama)  hanya membuat program-program keagamaan yang bermacam-macam, apakah mendirikan sekolah Islam, pengajian, menambah masjid, pelayanan haji, mengumpulan zakat-infaq-shadaqoh, istighosah qubro,  dan semacamnya jika tidak disertai melakukan evaluasi kualitas individu umat Islam yang menjadi mayoritas bangsa ini,  secara teratur, periodik, dan benar dari waktu ke waktu.

Setiap Individu Muslim Indonesia harus berusaha membangun diri sendiri sehingga menjadi individu yang Islami sesuai dengan ukuran yang telah diuraikan di atas. Setiap Organisasi Islam harus membawa anggotanya berkembang menjadi indvidu muslim yang semakin berkualitas melalui program-program yang baik disertai evaluasi yang teratur akan kualitas mereka. Pemerintah Indonesia wajib membangun warga negaranya yang muslim untuk memiliki kualitas sebagai individu warga-negara muslim yang Islami agar bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Perlu diingat bahwa kualitas sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas mayoritas penduduknya, bukan oleh kualitas minoritasnya.




No comments:

Post a Comment