MENDIDIK ANAK SEJAK DINI
Anak adalah anugerah terindah dalam
sebuah keluarga yang Allah titipkan kepada kedua orang tua, tentu dengan
hadirnya sang buah hati terdapat pula tanggung jawab dalam membesarkan,
merawat, menjaga, serta mendidik agar kelak menjadi pribadi yang baik, sholeh,
dan berguna bagi kedua orang tua, agama, maupun orang’’ disekitarnya. Dalam
mendidik anak merupakan tugas utama kedua orang tua terutama seorang ibu, sebab
ibu adalah “madrasatul ula” begitu teori pada buku Tarbiyah. Akan
tetapi seorang ayah tidak terlepas dari tanggung jawab itu, sebab ayah
mempunyai andil yang cukup besar dalam mewujudkan sang buah hati hadir ke dunia
dengan kolaborasi antara keduanya maka lahirlah ia. Allah menyuruh kita untuk
selalu menjaga diri dan keluarga, sebagaimana firman-Nya dalam surat At-Tahrim
ayat 6 yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَارًا
“wahai
orang-orang yang beriman jagalah diri kamu dan keluargamu dari api neraka”
Sudah merupakan
kewajiban bagi kepala keluarga yaitu ayah, dan jika ayah ini telah tiada tentu tanggung jawab selanjutnya adalah
seorang ibu. Perlu kita ketahui bahwa anak adalah amanah yang harus dijalankan
dengan sebaik-baiknya sebab anak adalah cerminan orang tua jika anaknya baik
tentu sudah pasti baik pula orang tuanya, namun jika anak ini tumbuh menjadi
manusia yang kurang baik tentu kedua orang tua yang akan dinilai terlebih
dahulu mungkin dalam mendidiknya ada hal yang salah. Saya ambil contoh, sebagai
seseorang yang hidup dilingkungan yayasan panti asuhan dan berada di dalamnya
membuat saya tau sifat dan karakter sang anak.
Yang
pertama, ada anak yang dari kecil bayi bahkan sudah dimanja oleh pengasuhnya,
begitu ketika sudah besar hingga saat ini kelas dua SD tumbuh menjadi anak yang
berani sama kita, kurang terkendali dalam tingkah lakunya, ingin menang
sendiri, dan masih banyak lagi. Jika dibiarkan kelak akan menjadi anak yang
seperti itu dan tidak diharapkan pastinya. Yang kedua, kita selalu mengajarkan
kepada anak-anak jika ada orang yang datang kepanti untuk meminta sedekah dan
ketika kita akan memberi entah itu uang atau nasi atau apa yang bermamfaat, sang
anak inilah yang kita suruh memberi begitu seterusnya, ketika yang kesekian
kalinya ada yang meminta dan kita ingin memberi maka anak-anak ini rebutan
ingin ngasih kepada orang tersebut. Alhamdulillah dengan seperti itu kita bisa
mengajarkan kepada anak-anak kita arti berbagi kepada sesama meskipun kita juga
membutuhkan, mungkin mereka lebih butuh daripada kita.
Dengan
demikian sudah jelas peran kita, siapapun itu, entah kedua orang tua, saudara
kita, atau teman kita mempunyai kewajiban masing-masing dalam mendidik
anak-anak kita (eh sorry saya masih single n blom punya anak hehe). Teringat
akan sabda Nabi yang berbunyi :
كلّكم راع و كلّ راع مسئو ل عن رعيّته
“setiap kalian adalah pemimpin dan setiap
pemimpin bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya”
Jadi sudah
sepantasnya bagi kedua orang tua untuk memberikan yang terbaik buat
anak-anaknya, seorang ayah bertanggung jawab mencari rejeki yang halal agar
keluarganya mendapatkan keberkahan, seorang ibu bertanggung jawab menjaga diri
dan anak-anaknya serta rumah dan harta mereka.
Ada
beberapa hal yang harus kita lakukan agar anak-anak terbiasa dengan hal-hal
yang baik :
Ø
Pertama : dalam
menyampaikan hendaknya berulang-ulang sebab anak-anak belum mampu mencerna
perkataan kita secara utuh.
Ø
Kedua : jangan menggunakan kata-kata yang kasar,
sebab anak-anak sangat mudah menerima perkataan yang kita keluarkan.
Ø
Ketiga :
berikan contoh agar mereka bisa meniru apa yang kita lakukan, sebab anak-anak
sangat mudah meniru apa yang kita lakukan.
Salah seorang
parenting yang tak asing lagi bagi kita, yaitu Bapak Miftahul Jinan, beliau
mengatakan kurang lebih seperti ini “mungkin anak-anak gagal dalam mengikuti
kata-kata kita, tapi yakinlah mereka tidak akan gagal dalam mengikuti tingkah
laku kita”.
By :
1.
Syaich
Ahmad Zailani
2.
Habib
Aryo Wibowo
3.
Ustadz
Sabriyadi
4.
Kyai
Surahmad Efendi
No comments:
Post a Comment